Home Welcome Contact Gallery About

Senin, 22 November 2010

Badaneksekutifmahasiswabem Mp3 terbaru

Foto Kenangan Di Ujung Kareung

Sejarah BEM STT-BCI Banda Aceh

Mengulas Kembali Sejarah BEM STT-BCI Banda Aceh


Oleh : Ahardi



BEM STT-BCI Banda Aceh berdiri pada tahun 1995. Berdiri@ BEM STT-BCI sebagai organisasi mahasiswa yang memiliki tanggung jawab besar terhadap amanat yang diemban.
Organisasi, dipandang sebagai sebuah budaya, memberi peluang untuk penafsiran budaya. Sebuah organisasi, yang mana bisa jadi merupakan cara pandang anggotanya, menciptakan realitas bersama yang berbeda dari budaya lainnya. Morgan (1986: 128).


Tujuan dari organisasi-organisasi Islam di Indonesia adalah untuk mengembalikan umat Islam kembali kepada ajarannya; al Qur'an dan hadits.

Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, mahasiswa selalu dianggap sebagai sosok yang dapat berpikir kritis, realistis dan dialektis. Bahkan tak jarang sering radikal dan revolusioner (Ari Sulistyanto, 1994). Karena sebagai bagian dari generasi muda (pemuda), status kemahasiswaannya menyandang nilai lebih dari pemuda lainnya. Melalui kajian-kajian dan pemikiran-pemikiran yang metodis, mahasiswa diharapkan mampu menangkap, menganalisis, dan mensintesakan setiap perubahan-perubahan dan dinamika kehidupan yang terjadi dalam masyarakat. Baik itu menyangkut kehidupan politik, sosial, ekonomi, hak asasi maupun permasalahan-permasalahan lain yang mengharuskan mahasiswa untuk menyikapi dan menyuarakan pemikirannya.

BEM lahir bukan secara tiba-tiba jatuh dari langit. Tetapi BEM lahir karena seleksi sejarah dan karena sebuah tuntutan zaman. Karena, sebagaimana tertuang dalam Mukaddimah AD/ART BEM STT-BCI bahwa "...generasi terpelajar atau mahasiswa dalam ekspekstasi sejarahnya mempunyai ruang tersendiri dalam ranah Ibu Pertiwi..." ini diamini oleh fakta sejarah bahwa kaum muda (dalam hal ini mahasiswa) menjadi aktor dalam setiap peristiwa penting yang terjadi di Tanah Air. Kita ingat, Angkatan 1908 : 20 Mei 1908, terbentuknya Budi Utomo. Momentum terbentuknya organisasi perjuangan modern. Tahun 1957 : Partai Politik menjadi sarana ekspresi politik gerakan mahasiswa, Angkatan 66 yang tergabung dalam KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) berhasil menjatuhkan orde lama Soekarno yang disinyalir sebagai Presiden seumur hidup. lahirnya orde baru, Angkatan 1974 : Malari, evaluasi terhadap orde baru
Di tahun 1998, yang kemudian dikenal dengan gerakan reformasi berhasil menggulingkan Orde Baru Soeharto dari kekuasaannya selama 32 tahun. Artinya, bahwa lahirnya BEM merupakan sub narasi besar atas refleksi kritis yang melanda negeri ini.

TIGA BANGUNAN PIRAMIDA BEM

BEM akan bergerak dalam tataran apa? masih menyisakan tanda tanya besar. BEM seharusnya menata diri guna menunjukkan identitasnya dengan bingkai visi;yang digagasnya. Refleksi historis ini selayaknya menjadi bangunan motivasi sekaligus spirit sebagai organisasi pemersatu umat, masyarakat dan bangsa.

Untuk merumuskan persoalan yang merusak karakter dan identitas BEM ada tiga indikasi sebagai agenda mendesak untuk dilakukan.

Pertama, Ideologisasi. Sebuah ideologi merupakan pondasi dalam menunjukkan visi dan narasi gerakan, ia selalu menjadi penggerak pola pikir dan jiwanya dalam segala dimensi hidupnya. Tatkala terjadi pergeseran nilai-nilai ideologi, maka gerakannya akan mengalami disorientasi yang mengantarkan kepada hal-hal yang sifatnya patalogis baik secara individu maupun sosial. Platform yang dibentuk adalah turunan dari gagasan ideologisnya. Arah perjuangan organisasi ditentukan oleh ideologi yang dirumuskan. Jika dalam sebuah organisasi tidak mempunyai pegangan ideologis, berarti mengalami kekaburan identitas dan orientasinya.

untuk menghasilkan kader-Kedua, Kaderisasi. Kaderisasi akan berjalan secara dinamis ketika pemahaman yang komprehensif terhadap ideologinya telah menjiwai pada sebuah organisasi. BEM harus menjadi tempat berkader dan menempa dirikader berkualitas yang akan diproyeksikan menjadi pemimpin masa depan bangsa. Kaderisasi sebagai sebuah pilihan di tengah krisis kepemimpinan, harus dilakukan secara maksimal demi tujuan BEM untuk mencetak kader umat dan bangsa yang akan terus melakukan perubahan-perubahan yang lebih baik.

Ketiga, Orientasi anggota-anggota BEM. Anggota-anggota BEM sebagai seleksi sejarah, sebagai kader umat dan bangsa baik dari segi pemahaman terhadap ideologinya maupun dalam proses kaderisasinya pada akhirnya ia merupakan pejuang ideologi. Ia harus siap berjuang untuk merealisasikan ideologi. Dalam pengertian lain, ia siap bekerja keras secara ikhlas di atas filosofi hidup untuk masyarakat.

TIGA PIRAMIDA BEM yang kemudian dirumuskan menjadi pikir, dzikir, dan amal shaleh (Ulul Albab) sedangkan dalam bahasa saya disederhanakan dengan bahasa ideologi, kaderisasi, dan orientasi. Dengan dinamikan, tiga piramida itu harus menjadi kesatuan yang utuh dalam diri anggota-anggota BEM yang tidak bisa dipisahkan.

WASIAT UNTUK KADER-KADER BEM

Dalam rangka mempersiapkan diri sebagai kader BEM militant, penyambung lidah mahasiswa dan rakyat, perhatikan hal-hal berikut :

1.
Bem merupakan kawah candra di muka, tempat persemaian calon-calon pemimpin masa depan. Karena itu, pola pikirnya harus dibekali dengan bekal keilmuan yang memadai dan pengetahuan luas. Tanpa ditopang modal keilmuan dan wawasan yang luas, kepemimpinan akan kosong dari nilai-nilai, miskin visi, hampa substansi, dan tidak ada karakter.

2.
Bem adalah tempat perjuangan, dan bukan wadah untuk berkiprah mencari materi dan popularitas. Ingat, aktivis sejati tidak mencari kebesaran nama di organisasinya, tapi bagaimana membesarkan organisasinya.

3.
perubahan adalah jalan yang paling mungkin untuk melakukan perbaikan. Kader-kader BEM adalah para arsitek perubahan dan duta-duta pembaharuan (agent of change dan agent social of control). Jihad (perjuangan) maha besar bagi setiap kader-kader BEM adalah berperang melawan ketidak adilan, penjajahan, kesewenang-wenangan secara cultural maupun structural.

4.
kader-kader BEM adalah generasi ulul albab yang memiliki keluasan intelektual (fakir), kedalaman spiritual (dzikir), dan kematangan professional (amal shaleh). Karena itu, kader-kader BEM pantang menolak tugas dan tanpa setitik kata TIDAK
5.
setelah sukses meraih gelar/title yang diperlukan, kembalilah ke tengah-tengah masyarakat, tidak sebagai "pendatang baru" yang datang dari atas, tapi sebagai pelayan masyarakat yang datang dari bawah untuk berjuang bersama-sama, mengangkat dan menjunjung tinggi mereka ke tingkat yang lebih tinggi. Sebagai akuntabilitas public secara personal maupun kolektif.

Melalui refleksi 15 tahun BEM ini, kita perlu memahami dan memikirkan serta mengoreksi kembali, BEM bukan tentang lama waktu yang dijalani melainkan kontribusi. Apa yang telah diberikan untuk pergerakan organisasi yang tercinta ini?. Sebagai organisasi yang mempunyai visi dengan narasi kerakyatan. Ada tiga fokus utama yang mendesak untuk dilakukan yaitu problem global, lokal, dan internal dirinya sendiri. Tiga narasi problem tersebut dengan variabel-variabelnya harus dicari format solusinya. BEM sebagai organisasi dengan beribu-ribu potensi memiliki jaringan kelembagaan yang  baik pada dominan internal maupun eksternal yang siap menjadi pelopor utama kerja-kerja institusi dan masyarakat. Selain itu jaringan kerja yang pernah dibangun oleh BEM harus diperkuat kembali baik dengan organisasi pemerintah maupun swasta, baik di skala lokal maupun Nasional.

Membicarakan BEM dan Organisasi lainnya tidak akan selesai dalam satu malam, dalam satu bulan, dalam satu tahun, tak akan habis dibahas dalam bab demi bab. Karena permasalahan BEM semakin hari semakin kompleks. Karena itu, BEM harus bergerak dinamis dan solutif terhadap persoalan-persoalan yang terjadi, tidak hanya sekedar menawarkan program, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya seremonial dan reaksional.

BEM harus mampu melakukan filterisasi sekaligus penetrasi terhadap bahaya-bahaya yang akan mengancam keutuhan umat islam umumnya. Tentunya melalui pemahaman yang sempurna terhadap piramida-piramida ideologi BEM Yang berdasarkan semangat keislaman dan keindonesiaan akan melahirkan sinkronisasi antara idealitas dan realitas yang akan menggiring pada peradaban baru yang relevan dengan zamannya. Internalisasi, eksternalisasi, dan obyektifikasi nilai-nilai dasar perjuangan sebuah keharusan untuk dilakukan demi dinamisasi organisasi.

Sebagai penutup tulisan ini, meminjam Ahmad Wahib :"Untuk kita kegagalan BEM adalah kegagalan satu generasi. Keberhasilan BEM adalah keberhasilan satu generasi. BEM yang lahir masa kini, bukan masa lalu. Dia ada kini buat nanti. kita desakkan perubahan-perubahan. Kita jelaskan kemungkinan-kemungkinan. Bagi suatu senyuman kecerahan".

CATATAN :

Apakah BEM hanya sekedar berhimpun....? TIDAK...BEM akan bergerak..! karena itu ada satu statemen yang secara radikal menyatakan, BERGERAK ATAU DIAM !

Artinya, dalam konteks perjuangan, BEM tidak hanya berhimpun, tetapi juga bergerak. Jika suatu saat situasi dan kondisi menuntut BEM untuk bergerak, BEM harus bergerak. Jika tidak, BEM berarti melakukan sebuah keburukan (pengingkaran dan pengkhianatan besar)....

BEM harus memiliki komitment yang jelas terhadap sebuah permasalahan, jangan pernah lari dari masalah, tapi hadapi masalah itu dengan sabar.